[Novel] Behind The Stage - The Music Competition

Ini adalah salah satu proyek novel saya yang lumayan serius dan dengan ide yang cukup kompleks. Saat ini baru beberap chapter saja yang sudah ditulis. Mengapa belum dilanjut lagi? Karena saat ini sedang dilakukan perombakan ide. Akan ada beberapa alur cerita yang sedang dikembangkan lagi. Semoga saja proyek yang ini akan menjadi salah satu hasil saya yang bisa dinikmati orang lain.

Cerita ini menceritakan kisah dari sebuah acara kompetisi musik. Bagaimana hubungan antar peserta, antar juri, serta juri dengan peserta. Diceritakan urut dan detil setiap minggu karantinanya hingga saat performance masing-masing peserta di panggung. Bagaimana konflik yang rumit dapat terjadi dan tentu saja banyak kejutan yang akan diberikan setiap minggunya.

------------------------------------------------------------
Behind The Stage

The Music Competition

Kring.. Kring..
Dering telepon terdengar ke seluruh penjuru ruangan. Suara piano yang sedari tadi terus mengalun terpaksa terhenti. Orang yang memainkan piano itu berjalan menuju arah telepon yang berdering terus menerus kemudian mengangkatnya.
“Halo, bisa bicara dengan Violla Melody?” tanya suara di seberang telepon.
“Iya, saya sendiri. Saya berbicara dengan siapa ya?” tanya sang pianis tadi yang ternyata bernama Violla Melody.
“Oh, hai mbak Violla. Ini saya Dian dari METV –Music and Entertainment Television-. METV akan mengadakan sebuah kompetisi musik bernama Indonesian Best Performer atau biasa disebut IBP. Dan kami dari METV ingin meminta mbak Violla sebagai salah satu jurinya. Apakah mbak Violla berkenan?”
“Tunggu, juri? Kenapa harus saya? Saya kan tergolong baru di industri musik ini. Saya rasa banyak musisi lain yang lebih lama berkecimpung di dunia musik dan lebih pantas menjadi juri.” Violla tampak terkejut.
“Tapi mbak, kami rasa mbak Violla layak untuk posisi ini. Ketiga juri lainnya pun setuju untuk meminta mbak Violla menjadi juri.”
“Anda yakin tidak salah orang?” Violla memastikan sekali lagi.
“Tidak, mbak. Kami yakin sekali,” ucap Dian tegas.
“Baiklah akan saya coba,” ucap Violla akhirnya.
“Terima kasih, mbak. Nanti akan saya kirim email mengenai waktu dan tempat untuk rapat pertama kita.” Tampak jelas suara Dian yang kegirangan mendapati Violla menyetujui permintaannya.
“Baiklah. Terima kasih, mbak Dian. Saya tunggu emailnya,” ucap Violla mengakhiri pembicaraan dan telepon pun terputus.

            Violla Melody adalah seorang musisi pendatang baru. Sejak kecil Violla sudah dikenalkan musik oleh orang tuanya. Orang tua Violla bukanlah musisi. Mereka adalah pengusaha. Mereka menyukai musik, namun karena tidak dapat bermain musik, mereka mengenalkan musik pada anaknya sejak kecil supaya bisa bermain musik.
Violla sudah mulai belajar vokal dan bermain piano sejak usia lima tahun. Violla pun berlanjut mempelajari gitar, bass dan drum saat melihat teman-temannya bermain band di SD kelas 6. Memasuki masa SMA, Violla menambah kegiatannya dengan belajar biola. Dari sekian banyak alat musik yang dia pelajari, piano dan biola lah yang menjadi fokus utamanya. Dan jangan lupa dengan bernyanyi. Suara indah Violla dan didukung dengan teknik bernyanyi yang baik membuat siapa saja yang mendengarnya akan terpesona.
Lulus dari SMA, Violla memilih untuk melanjutkan ke jurususan musik di UMI –Universitas Musik Indonesia-. Selama dua tahun menjadi mahasiswi UMI, Violla mengikuti program transfer ke universitas luar Indonesia dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan dua tahun sisa masa kuliahnya di Juilliard, New York. Siapa yang menyangka, sosok sederhana seperti Violla dapat masuk ke sekolah musik ternama di dunia.

Selama di New York, Violla rajin mengikuti orkestra yang diadakan di kampusnya. Dia juga tergabung pada sebuah grup musik lokal yang cukup terkenal bernama Starlight Orchestra. Dan pada tahun terakhir di masa kuliahnya, Violla berhasil merilis sebuah album instrumental berjudul Summer and Winter. Di album ini, Violla bermain biola dan berkolaborasi dengan seorang pianis terkenal di New York bernama David Brown.
Lulus dari Juilliard pada usia hampir menginjak 22 tahun, Violla memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mencoba berkarir di tanah airnya. Walaupun begitu, Violla tetap mendapat undangan untuk tampil di acara-acara tertentu di New York atau mengikuti kompetisi-kompetisi musik  internasional.

Selama satu tahun pertamanya berkarir di Indonesia, Violla berhasil merilis beberapa single. Dan ternyata sambutan masyarakat Indonesia terhadap lagunya sangat positif. Memasuki tahun keduanya, Violla pun merilis album pertamanya berjudul The Beginning. Di dalam albumnya ada beberapa lagu yang merupakan ciptaan Violla sendiri dan ada dua lagu instrumen permainan piano dan biola Violla. Dan sekarang, baru beberapa bulan sejak rilis album pertamanya, Violla diminta menjadi juri di sebuah ajang musik bernama IBP.

Indonesian Best Performer atau biasa disebut IBP adalah ajang kompetisi musik yag diselenggarakan oleh sebuah stasiun televisi swasta, METV. Fokus pada kompetisi ini bukanlah sekedar memiliki suara bagus atau pandai bernyanyi, tapi penyajian memegang peran penting disini. Diharapkan para peserta dapat mempersembahkan sebuah aksi panggung yang menghibur.
Juri di IBP ada empat orang. Tommy Winata, seorang komposer berusia 40 tahun yang sudah 10 tahun berkecimpung di duni musik. Juri kedua ada Renata Kusuma, seorang penyanyi berusia 30 tahun yang sudah mencetak banyak album yang selalu laris dan terjual jutaan copy. Juri ketiga ada Alvin Pratama, seorang pianis sekaligus leader sebuah band ternama di Indonesia. Alvin merupukan pianis muda berbakat, di usianya yang baru menginjak 25 tahun, dia sudah mengikuti jejak ayahnya –seorang leader dari sebuah grup orkestra- di bidang musik. Dan juri terakhir yang direkrut oleh METV adalah Violla Melody, tahun ini baru akan berusia 23 tahun tapi namanya sudah dikenal baik di dalam dan luar negeri.

Hari ini keempat juri akan berkumpul untuk pertama kalinya. Mereka akan membahas terlebih dahulu, kriteria seperti apa sih yang berhak lolos ke babak berikutnya. Selain itu, mereka juga ingin mengobrol santai, saling mengenal terlebih dahulu antar masing-masing juri supaya nantinya tidak canggung selama bekerja sama.

“Pagi om Tommy, mbak Renata dan mas Alvin, maaf saya terlambat,” ucap Violla sambil terengah-engah.
“Enggak apa-apa. Kamu Violla ya? Wah hebat masih muda sudah dipilih jadi juri saja,” kata Tommy.
“Saya juga enggak tahu, om. Tiba-tiba aja dihubungi sama orang METV,” jawab Violla seraya duduk di kursi kosong yang tersisa.
“Violla umur berapa emang?” tanya Renata.
“Saya 22 tahun, mbak, baru setahun yang lalu diwisuda, hehe.”
“Vi, gue kaget lho, ternyata kita sama-sama jadi juri disini, hahaha, dunia sempit banget ya,” ucap Alvin seraya tertawa.
“Iya, Vin. Enggak nyangka aja kita ketemu lagi disini, hehehe.”
“Lho, kalian ini teman lama ya?” tanya Tommy.
“Kebetulan kami ini sedang menyusun suatu proyek bersama, om. Kolaborasi gitu, band saya dan featuring dia. Rencananya enggak cuma nyanyi, Violla juga bakalan main biola bareng band saya,” jelas Alvin.
“Wah, kalian ini bener-bener deh, generasi muda berbakat. Salut saya sama kalian. Kalian berdua emang benar-benar cocok. Iya kan, mas Tommy?” tanya Renata sambil menyikut Tommy. Tommy pun mengiyakan. Alvin dan Violla hanya tersenyum meresponnya. Obrolan pun berlanjut ke hal-hal serius mengenai penjurian IBP.
“Namanya juga IBP, Indonesian Best Performer. Jadi, kita enggak cuma melihat suara dan teknik bernyanyi yang bagus aja, tapi juga melihat bagaimana kreatifitas mereka mengolah musik dan bergerak di panggung. Jadi yang kita lihat ya satu paket perform. Bukan terpisah-pisah,” jelas Tommy. Setelah semua paham, mereka pun memutuskan untuk menyudahi pertemuan kali itu.
“Vi, gue antar ya? Gue lihat lo enggak bawa mobil kan?” tanya Alvin. Belum juga Violla menjawab, sudah diserbu oleh Renata.
“Udah sana, Vi, bareng Alvin aja sana.”
Akhirnya Violla pun memenuhi ajakan Alvin dan diikuti seruan “ciee” dari Renata. Penyanyi senior satu itu iseng juga ternyata.


***




Dua puluh hari audisi yang diikuti oleh puluhan ribu peserta dari seluruh pelosok Indonesia akhirnya selesai sudah. 100 orang telah terpilih untuk melaju ke babak berikutnya. Disana peserta dibagi menjadi 20 grup dengan masing-masig grup berisi 5 orang. Dari 100 orang itu akhirnya dipilih menjadi 30 orang. Cukup sulit bagi keempat juri untuk menentukan siapa yang berhak maju ke babak berikutnya. Tak dipungkiri ada beberapa orang yang langsung dapat memikat juri, mereka dengan mudah lolos ke babak berikutnya. Namun ada juga yang harus berusaha lebih keras untuk dapat lolos. Terakhir, 10 orang akan dipilih dan akan maju ke babak Star Show.

10 orang yang akhirnya terpilih adalah Agnes Agatha, Christian Ferindo, Nathanael Farkas, Thalia Kasih, Kian Alputra, Crysta Larasati, Rayana Mega, Anggara Bion, Miko Dwisastra, Derren Donovan, Aliona Putri dan Sania Dewi. Selama Star Show, para finalis akan dikarantina di sebuah rumah yang cukup besar. Di rumah ini dibagi menjadi empat area. Area putra, area putri, area berlatih dan area bersantai. Masing-masing di area putra dan putri terdapat tiga buah kamar yang masing-masing kamar akan diisi oleh dua orang. Inilah pembagian kamar yang telah ditentukan berdasarkan undian. Agnes Agatha dan Aliona Putri, Crysta Larasati dan Thalia Kasih, Rayana Mega dan Sania Dewi, Christian Ferindo dan Nathanael Farkas, Kian Alputra dan Derren Donovan, Anggara Bion dan Miko Dwisastra. Area berlatih terdapat beberapa ruangan antara lain, ruang latihan vokal, ruang latihan koreografi, ruang tata rias dan busana, ruang latihan fisik, serta ruang latihan mandiri. Dan yang terakhir adalah area bersantai tempat para finalis beristirahat dan berkumpul bersama. Di samping ruang bersantai ini terdapat kolam renang yang disekitarnya terdapat kursi-kursi untuk bersantai.

Hari ini keempat juri berkumpul bersama dan berbincang. Setelah sibuk bersama-sama memilih siapa saja yang berhak masuk ke Star Show, mereka bisa bersantai sejenak. Mereka memutuskan mengobrol bersama di sebuah kafe.
“Banyak yang bagus juga ya para peserta audisi, sampai bingung juga saya harus milih 12 orang dari puluhan ribu,” kata Renata.
“Iya, Ren, bener. Bagus-bagus mereka. Tapi ya kita tetep harus milih kan untuk Star Show,” kata Tommy.
“Rayana cantik ya. Tapi kalau soal suara saya suka suaranya Crysta. Lembut gimana gitu, tapi ga lemah, tetep ada powernya,” kata Alvin.
“Agnes tuh baru suaranya powerful banget. Kalau yang cantik sih, saya suka yang kayak Aliona. Kalem gitu penampilannya,” kata Tommy.
“Biasa nih cowok pasti lihatnya yang cantik-cantik aja, ckck,” kata Renata.
“Wajarlah, Ren, namanya juga cowok, hehehe. Tapi kan tetep objektif kalau soal penjurian,” kata Tommy.
“Kalo yang cowok nih, saya suka Christian. Penampilannya simpel dan keren, eh suaranya cowok banget. Bikin hati meleleh dengernya. Setuju enggak, Vi?” tanya Renata.
“Ehh, iya, mbak Ren. Christian suaranya cowok banget, enak didenger, setuju,” jawab Violla gelagapan.
“Vi, kamu lagi ngelamunin apa sih? Daritadi diem aja, begitu saya tanya, eh jawabnya kayak orang bingung gitu.”
“Enggak ada apa-apa kok, mbak Ren. Lagi capek aja ini, jadwal padat, mana sekarang kan terikat kontrak sama IBP, jadi kegiatan di New York harus ditunda dulu,” ucap Violla sambil menghela nafas.
“Oh gitu. Kirain kamu jealous waktu denger Alvin bilang kalau Rayana cantik, hehehe,” goda Renata.
“Enggak lah, mbak Ren. Terserah Alvin juga kan mau bilang siapa aja cantik. Lagian Rayana emang cantik kok, mbak,” kata Violla.
“Lihat tuh Alvin, padahal dia udah ngarep kamu jealous lhoh Vi, hahahaha.” Kali ini Tommy ikut-ikutan menggoda Violla.
“Udah ah om Tommy sama mbak Renata ini isengnya kambuh lagi deh,” kata Alvin.
Akhirnya obrolan santai pun berlanjut selama dua jam. Kemudian masing-masing pun beranjak dari kafe tersebut, bersiap-siap untuk mulai melatih di karantina besok.


***

0 cuap-cuap:

Posting Komentar

Copyright © 2012 Imagination and LifeTemplate by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.