Dua
– Surat Pertama
Malam harinya, Rey tampak
sedang berbaring di tempat tidurnya. Capek juga hari pertama kuliah, pikir Rey.
Sudah seminggu lebih Rey merasakan tinggal sendiri di kamar kosnya ini.
Biasanya di rumah, sering terdengar suara ribut-ribut Robert dan Roger yang
sedang main PS. Kali ini hanya ada dia sendiri. Sepi. Lamunan Rey terhenti ketika handphonenya berbunyi.
From : Christina
Reeeeyyyy, udah tidur belom?
Duh, malas banget sih bales pesan enggak penting Christie,
pikir Rey.
Reeeyy!!
Huh, seperti biasa, enggak sabaran.
From : Reynard
Belom. Kenapa lagi?
From : Christina
Gue bosan, Reeeeyy. Sepiii. Temenin gue dong :’(
Astaga, sampai kapan sih Christie bisa mandiri dan tidak mengganggunya
lagi, pikir Rey.
From : Reynard
Gue capek banget, Tie. Gue tidur dulu ya. Mendingan lo juga tidur aja deh. Gue
off-in hp ya.
Rey pun mematikan ponselnya.
Kembali lagi pada lamunannya tadi. Ah, malam sudah semakin larut, sebaiknya ia
cek saja dulu perlengkapan untuk mata kuliah besok. Rey membuka tasnya,
mengeluarkan notesnya. Dia selalu menyelipkan kertas jadwalnya ke dalam
notesnya itu. Tiba-tiba secarik kertas terjatuh dari dalam notesnya.
Apa ini? Perasaan gue cuma
nyelipin kertas jadwal aja deh, pikir Rey heran. Dibukanya kertas itu. Sebuah
tulisan. Tulisan siapa itu? Rey penasaran dan mulai membacanya.
Ketika malam semakin larut, kesunyian pun tiba
Entah kemana sang bising melangkah
Hanya ada deru angin dan rintik hujan
Bahkan bulan pun bersembunyi di balik awan
Tak berani mengusik heningnya malam
Kulangkahkan kaki ke rumput yang basah
Merasakan dinginnya tanah pada telapak kaki tak beralas
Hanya ini yang mampu kurasakan
Kebekuan ini semakin terasa
Entah api mana yang dapat melelehkannya
Rey terpaku sesaat membaca
tulisan itu. Ia tak tahu apa makna sebenarnya dari tulisan itu. Sampai tiga
kali dia membaca ulang tulisan itu. Rasanya seperti seseorang yang sendiri,
kesepian. Sama seperti dirinya. Tak bosan dia baca lagi tulisan itu, sampai-sampai
memori otaknya mulai menghafal tiap kata yang ada.
Kembali lagi rasa penasaran Rey
muncul. Tulisan siapa sebenarnya itu. Jelas tidak mungkin tulisan dia. Teman
satu kos? Pulang dari kampus tadi dia hanya makan malam dengan teman kosnya,
tidak membawa tas maupun notesnya. Temannya di kelas tadi? Tapi siapa? Masa iya
ada yang secara diam-diam menyelipkan kertas itu di notesnya selagi di kelas?
Rasanya akan mudah diketahui oleh Rey jika hal itu terjadi.
Jangan-jangan Christie, kan
waktu di kantin dia meninggalkan tasnya pada Christie saat hendak ke kamar
kecil. Jadi ada kesempatan untuk Christie menyelipkan kertas itu ke notes Rey.
Lagi pula Christie kan memang suka sama Rey, bisa saja dia nekat memasukan
kertas ini. Tapi, masa iya seorang Christie bisa bikin tulisan kayak gini sih,
bukan Christie banget deh. Atau mungkin kata-kata ini dibuatkan oleh teman
Christie? Entahlah.
Rey teringat Riska dan Nila.
Atau jangan-jangan mereka? Tadi Rey sempat meninggalkan tas nya di sebelah
mereka berdua saat ia hendak memesan minuman. Bisa saja mereka berdua sudah
melihat Rey sebelumnya dan sengaja minta duduk di sebelah Rey supaya bisa
memasukan kertas itu. Ah, masa iya? Geer sekali rasanya. Tapi nampaknya Nila
menyukai Rey, nyatanya Nila sering curi-curi pandang ke Rey. Rey sempat
memergokinya, tapi dia cuek saja. Tak mau kege-eran dulu. Ya, bisa saja Riska
dan Nila yang memasukan kertas ini.
Atau mungkin juga Mey. Kan tadi
Rey sempat meninggalkan tasnya di taman. Dan setelah itu ia mendapati Mey duduk
di samping tasnya. Tapi, apakah saat itu Mey tahu bahwa itu adalah tasnya? Ah,
entahlah. Rey menjadi pusing sendiri dibuatnya.
Tiba-tiba kepalanya berdenyut.
Ouch. Tak sengaja Rey menyentuh kepalanya yang tadi terbentur cewek dingin itu.
Rey kembali terdiam, memikirkan cewek tadi. Lucu sekali tingkahnya. Tiba-tiba
Rey mengerutkan keningnya. Atau jangan-jangan surat ini dari dia? Bisa saja dia
sengaja menabrakan dirinya pada Rey, seperti di sinetron-sinetron, supaya bisa
memasukan surat itu ke dalam notes Rey. Ah, lagi-lagi kenapa pikiran ge-er
muncul lagi ya? Siapa dia sampai ada orang yang dia belum kenal rela diam-diam
memasukan kertas ini ke tasnya, pikir Rey.
Jadi siapa penulis tulisan itu?
Apa maknanya, dan kenapa kertas itu diberikan pada Rey? Rey jadi tambah bingung.
Ah, sudahlah, sudah hampir tengah malam, sebaiknya ia beristirahat saja.
Sebelum tidur, Rey menyimpan surat itu di sebuah kotak dan disimpannya di dalam
laci dekat tempat tidurnya. Tak lama kemudian sudah terdengar dengkuran halus
dari dalam kamar itu. Ya, Rey sudah terlelap.
***
Keesokan paginya Rey terbangun
cukup pagi. Hal yang pertama yang terlintas dipikirannya adalah surat misterius
itu. Ah, apa sebenarnya yang sedang terjadi. Rey mengaktifkan ponselnya yang ia
matikan semalam. Ada beberapa pesan masuk. Dari Christie dan Putra ternyata. Ia
membuka pesan dari Putra.
From : Putra
Rey, besok kita sekelas di mata kuliah Pak Agus kan? Bareng yuk :D
Rey segera membalasnya.
To : Putra
Iya, Tra. Oke bareng. Sorry yah semalem hp gue matiin :D
Perasaannya sedikit senang.
Sebelumnya ia takut di kota baru ini ia tak megenal siapa-siapa, sendirian. Ia
takut tidak dapat bersosialisasi. Untunglah ia bertemu dengan Arya dan Putra.
Mereka bertiga pun cepat akrab. Ini juga yang dijadikan alasan untuk sedikit
menghindar dari Christie.
***
Pagi ini di kampus sudah ada
Rey, Putra dan Arya duduk di depan ruang kelas. Setelah meletakan tas di dalam
kelas, mereka berbincang-bincang di luar
kelas sambil menunggu datangnya dosen mereka. Arya dan Putra ingin mencari kos
yang baru. Kos lama mereka terletak di dekat SMA mereka dulu, dan jaraknya
lumayan jauh dari kampus Unijaya. Mereka berdua ingin mencari kos baru yang
lebih dekat. Sepulang kelas, mereka berencana melihat-lihat kos Rey. Siapa tahu
masih ada yang kosong dan cocok untuk mereka. Kan lumayan tuh kalau satu kos,
pikir mereka.
Jam 10 tepat Pak Agus, sang
dosen akhirnya datang juga. Rey, Putra dan Arya segera masuk ke dalam kelas.
Kelas sudah penuh dengan mahasiswa lain. Fyuh, untung mereka sudah meletakan
tas di bangku yang agak depan.
“Selamat pagi, saudara sekalian.”
Pak Agus memulai percakapan. Biasalah, hari pertama masih perkenalan dulu.
Tiba-tiba pintu ruang kelas terbuka.BRAKK.
Muncullah seorang cewek sambil
tersengal-sengal.
“Selamat pagi, pak. Maaf saya
terlambat,“ kata si cewek.
“Tak apa, saya juga baru mulai,
silahkan duduk.”
“Terima kasih, pak.”
Si cewek pun mencari tempat
duduk yang kosong. Bangku di sebelah Rey tampak kosong, ia pun menuju ke bangku
itu. Rey sedari tadi sibuk berkutat dengan notesnya. Entah apa yang sedang
ditulisnya. Tiba-tiba keasikannya terusik, tangannya tersenggol oleh seseorang.
“Sorry, gue nggak sengaja,“ ujar suara milik orang yang
menyenggolnya.
Rey menoleh dan terkejut
mendapati bahwa suara itu milik cewek dingin yang kemarin bertabrakan dengan
dirinya. Selama beberapa saat Rey tanpa sadar memandangi cewek itu. Ternyata
dia anak IT 2012 juga toh, pikir Rey. Selama kelas dimulai Rey tidak dapat fokus
ke mata kuliah yang diajarkan. Sesekali Rey melirik ke sebelahnya, tempat si
cewek itu berada. Arya dan Putra yang duduk di belakang Rey melihat kejadian
itu dan hanya terseyum tertahan.
Dua jam pun telah berlalu.
Akhirnya selesai juga mata kuliah ini. Rey berniat untuk meminta maaf pada
cewek dingin itu karena telah menabraknya kemarin. Tapi belum sempat dia
memanggil cewek itu, si cewek terlanjur berlari ke luar kelas. Rey hanya bisa
menghela nafas saja.
“Rey, lo naksir dia ya?“ Arya
mulai menggoda Rey.
“Ah, enggak kok. Siapa bilang.“
Rey kaget, Arya seolah-olah bisa membaca pikirannya.
“Tuh selama di kelas lo merhatiin
dia terus,“ sambung Putra.
“Hmmm, sebenernya kemaren gue enggak
sengaja nabrak dia. Ternyata dia anak IT 2012 juga, baru tau gue. Niatnya mau
minta maaf, tapi kayaknya dia selalu terburu-buru gitu ya, “ kata Rey.
“Maksudnya Savi ya, Rey?“ tiba-tiba
cewek di depan Rey menoleh dan ikut bergabung dalam obrolan mereka.
“Eh, iya. Lhoh, kok lo tau nama
gue?“ tanya Rey.
“Kan kita sekelas kemarin di
kelas siang. Lo enggak inget gue ya?“ tanya si cewek.
“Emm.. sorry ya gue enggak tahu.”
“Gue Nerissa, panggil Risa aja,“
kata si cewek sambil tersenyum.
“Gue Arya.”
“Gue Putra.”
“Btw, tadi siapa ya nama cewek yang
duduk di sebelah gue itu?” tanya Rey.
“Namanya Savira. Gue sekelas
sama dia kemarin di kelas pagi dan kebetulan duduk sebelahan sama dia, jadi
sempat ngobrol sedikit,“ jelas Rissa.
“Hmmm, Savira ya. Thanks,Rissa.”
“Rey, kemarin siang pulang
kelas lo buru-buru banget sih, padahal gue mau ngajak lo kenalan kemarin.”
“Sorry, Ris, gue enggak tahu. Sorry
ya, hehehe.”
“Enggak apa-apa kok, Rey. Habis
lo lucu sih, kayaknya anaknya diem gitu, jadi bikin penasaran, hehehe.”
“Iya nih si Rey kalau di depan
yang lain awalnya emang suka malu-malu, hahahaha, “ kata Putra.
“Oh ya? Berarti kalau udah
kenal udah enggak malu-malu lagi dong ya?“ sambung Rissa.
“Ah, enggak kok, gue biasa aja
tuh, enggak malu-malu, apalagi malu-maluin.“ Rey membela diri.
“Btw, Rey, gue boleh minta
kontak kamu enggak?“ tanya Rissa.
“Boleh, Ris. Ini nomer gue.“
Akhirnya Rissa dan Rey pun bertukar nomor handphone.
“Thanks ya, Rey.“
“Ris, gue, Putra dan Arya cabut
dulu ya,“ pamit Rey.
“Oh, mau kemana kalian?“ tanya
Rissa.
“Gue sama Putra mau cari kos
deket kampus nih,“ jawab Arya.
“Oke deh, thanks ya. Kalian bertiga
udah mau kenalan sama gue. Semoga cepet dapet kos nya.“
“Daaahh.“ Rey, Arya dan Putra
pun segera melangkah menuju kos Rey.
***
Rey, Arya dan Putra pun tiba di
kos Rey. Kos Rey ada 20 kamar dan memang kos ini khusus cowok. Rey sengaja
memilih kos khusus cowok saja. Dia malas kalau Christie sampai mengusik
ketenangannya jika sampai harus satu kos. Selain itu kos Rey ini terdapat taman
dan di taman itulah para penghuni lainnya sering berkumpul di sawung yang
berada di taman itu.
“Wah, Rey, kos lo bagus juga
ya, apalagi tamannya, keren banget, Rey,“ kata Putra kagum.
“Bener, Rey, gue jadi inget
kampung halaman, soalnya di rumah juga ada taman kayak gininya, hehehe,“ kata
Arya.
“Bagus lah kalian suka, mau
liat dulu ke kamar gue?“ tanya Rey.
“Mau dong,“ jawab Arya dan
Putra kompak.
Mereka bertiga pun menuju kamar
Rey. Kos Rey ini terdiri dari dua lantai. Kamar Rey berada di lantai dua, ujung
kiri pula. Memang terkesan jauh, tapi Rey suka kamarnya. Merasa tenang karena
lumayan jauh dari keributan yang biasanya berasal dari meja tempat berkumpul
yang terletak di area tengah. Lagi pula Rey bisa leluasa menikmati pemandangan
taman yang terletak di sebelah kiri bangunan kos ini. Arya dan Putra pun
melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar Rey.
“Wah, Rey, enak juga nih kamar
lo, bisa lihat ke taman tadi juga, wow,“ kata Arya.
“Buat ukuran cowok, lo termasuk
rapi juga ya, hehehe,“ kata Putra seraya menyapukan pandangannya ke tiap sudut
kamar Rey.
“Ah, biasa aja kok. Syukur deh
kalo kalian suka kos ini. Yuk turun lagi, kita tanya sama bapak kos langsung
aja ada kamar kosong apa enggak,“ ajak Rey.
Mereka bertiga pun menemui
bapak kos dan menanyakan perihal kamar kosong yang diinginkan Arya dan Putra.
“Sekarang sih ada 3 kamar
kosong, 2 di lantai bawah dan 1 di lantai atas, area kiri juga kok jadi ga jauh
dari kamar Rey,“ jelas Bapak kos.
“Wah, Pak. Kalo bisa kita
pengen 2 kamar kosong di atas, Pak. Biar deket aja, hehehe, “ kata Putra.
“Ada 1 orang lagi sih di kamar
lantai dua yang mau keluar, dia baru saja lulus, tapi masih sewa kamar sampai
bulan ini,barang-barangnya pun baru sebagian dia bawa pulang. Bulan depan baru
kosong, gimana?“ tanya Bapak kos.
“Nggak apa-apa, Pak. Saya sewa
kamar di lantai dua yang kosong itu dan kalau yang satu lagi sudah pindah,
bulan depan saya tempati juga kamar itu,“ kata Arya.
“Kebetulan nantinya dua kamar
itu sebelahan, hehehe.”
“Wah bagus itu, kamar kita akan
sebelahan,“ kata Putra.
“Tapi untuk kamar yang sudah
kosong, kapanpun kalian akan tempatin, Bapak minta kalian bayar juga uang sewa
bulan ini, karena yang minat di kos ini lumayan banyak, bapak cuma ingin
kepastian aja, hehehe. Sedangkan untuk kamar di sebelahnya mungkin bisa bayar
DP dulu setengah dari uang bulanan. Sekali lagi, untuk memastikan kalian benar-benar
akan pindah kesini, hehehe,“ kata Bapak kos.
“Saya tau kok, Pak. Nanti saya
transfer saja nggak apa-apa, Pak?“ tanya Arya.
“Nggak apa-apa, nanti saya beri
nomor rekening saya. Terima masih ya, catat sekalian data kalian disini,“ kata
Bapak kos sambil menyerahkan sebuah buku.
“Arya, lo yakin mau bayar
duluan? Atau lo mau pindah kos bulan ini juga?“ tanya Putra ragu.
“Gue nanti pindahnya kesini
bulan depan aja, bareng sama lo sekalian, Tra. Gue bayar dulu nggak apa-apa
kok, kan demi kebersamaan kita bertiga, hehehe,“ jawab Arya.
“Lo ga sayang uangnya, Ar?“ tanya
Rey.
“Nggak masalah lah, udah lo
tenang aja, Tra. Kayak yang baru kenal gue aja sih lo,“ jawab Arya.
“Iya deh, dasar orang kaya
Yogya,“ canda Putra.
“Apaan sih lo, Tra,“ kata Arya
sambil menjitak Putra. Rey yang melihat kedua temannya hanya bisa tertawa saja.
“Kalo gitu harus kita rayain nih
kepindahan kita, nanti makan malam di resto yuk, Arya yang bayarin, hahahaha,“
kata Putra.
“Kok gue sih?“ Arya menjitak Putra
untuk yang kedua kalinya. “Tapi nggak apa-apa deh, sekali-kali gue traktir kalian
berdua, hahahaha.”
“Thanks ya, Ar, Tra. Gue kira
gue bakal habisin masa kuliah gue sendirian. Nggak nyangka bisa ketemu orang-orang
kayak kalian yang kocak, hahahahaha,“ kata Rey.
“Santai Rey, gue juga seneng
kok kenal sama lo, bosen gue kalo harus berduaan terus sama Putra, ntar dikira
orang-orang Putra itu mahoan gue lagi, hahahaha,“ Gantian Arya yang dijitak
oleh Putra.
“Enak aja lo, kalaupun gue
maho, gue juga bakal cari cowok yang kerenan dikit, nggak kayak lo, Ar,“ balas
Putra. “Ya kan, Rey?“ Putra berkata dengan sura genitnya seraya mendekat ke
Rey.
“Apaan sih lo, Traaaa.“ Rey
kaget dan bergidik ngeri melihat tingkah Putra dan diikuti tawa oleh dua
sahabatnya.
“Hahahaha, Rey lo lucu banget
sih, hahaha.“
Rey pun ikut tertawa, tertawa
lepas bersama dua sahabat barunya.
***
0 cuap-cuap:
Posting Komentar